Jumat, 27 Maret 2009

Grand Noir 1

ZRANG!
TRANG!

Hess dan Berg mengadu kesaktian dengan pedang masing-masing. Gerakan mereka tak ada yang sia-sia, nyaris tanpa celah.

"Tak kusangka kau begitu kuat," celoteh Hess. "Tentu saja, aku kan terus melatih tubuhku," sahut Berg. "Tidak seperti kau yang hanya berlagak bermain otak saja!" teriak Berg sembari menendang Hess hingga terdorong sampai beberapa meter.

"Kuat sekali..." Hess terkejut.

"Membosankan, sejak tadi aku menahan tenagaku agar pertarungan ini berlangsung lama. Tapi kau benar-benar payah, tak sudi aku melawanmu," ucap Berg dan memasukkan pedangnya ke dalam sarung. Setelah itu Berg meninggalkan Hess yang hanya bisa ternganga dalam kekalahan.

Berg terus mengeluh di setiap langkahnya. Saat melewati reruntuhan gedung, beberapa orang mendatanginya. "Siapa ini? Virtue Berg rupanya..." "Akhirnya kita bisa bermain juga!" "Sudah belum, aku mau tidur..."

Berg menghentikan langkahnya dan memindai sekitarnya. Beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Perlihatkan wujud kalian!" tantangnya, tapi tak ada yang keluar. Merasa kesal, Berg mengambil beberapa bilah pisau dan melemparnya ke tiga arah. Keadaan hening seketika.

"Kau bermain kasar rupanya..." "Hampir saja aku kena!" "Untung aku tidur, hehe." Mereka bertiga menampakkan sosoknya. "Perkenalkan, namaku Ed, ini Viona, dan si pemalas ini saudaranya, Viola," ucap Ed. "Terus kau mau apa?" tanya Berg dengan muka sinis. "Serahkan hartamu!" Ed menyerang Berg sendirian, namun dengan sekali pukul dia sudah roboh.

Viona dan Viola sama sekali tidak bereaksi seakan tidak peduli. Berg yang bingung melihatnya bertanya. "Oi oi, dia teman kalian kan? Kenapa kalian tidak peduli begitu? Jadi penasaran bagaimana kalian bisa bertahan selama ini..." tanya Berg dan menghembuskan napas panjang.

"Pertanyaan yang bagus. Viola, ayo tunjukkan kekuatan kita!" kata Viona dengan semangat. "Malas ah," ucap Viola yang ogah-ogahan. "Duh kamu ini~" Viona juga jadi tidak semangat. Berg yang merasa bosan mulai bicara. "Aku ragu dia selemah itu, pedangnya itu Sefer bukan?" ujarnya.

Ed yang mendengarnya berhenti berpura-pura dan bangun. "Kau tahu tentang Sefer? Siapa kau sebenarnya?" tanya Ed. "Virtue..." jawab Berg memperlihatkan pedangnya. Viona dan Viola yang tak mengerti hanya bisa terdiam. "Aku pergi dulu ya..." dengan tenang Berg berjalan meninggalkan mereka. Tiba-tiba duri-duri besar menusuk Viona dan Viola. "Ah..."

Berg dan Ed terkejut. "Aku memang tidak melatih tubuhku, tapi aku masih punya otakku!" teriaknya dan tertawa. "Kau... Hess...!" Berg merasa kesal. "Ed, selamatkan dua orang temanmu, akan kuhabisi orang ini dan kaleng rombengnya," ucap Berg sembari mengeluarkan pedangnya. Ed mengangguk dan membawa kedua temannya pergi sementara Berg berlari menyerang Hess.

"Kau pikir bisa mengalahkan MF buatanku sendirian!? Lancang sekali kau meremehkanku!" teriak Hess dan menembakkan duri dari robotnya. Berg merasa kesulitan untuk mendekatinya meskipun belum terluka sama sekali. "Bodohnya..." Hess menembakkan laser dan berhasil melukai Berg.

"Sial..." Berg menghentikan langkahnya. "Bagaimana? Kau kalah sekarang!" ejek Hess.

"Begitukah? Belum tentu... Apa kau tahu kekuranganmu?" ujar Berg.

"Percuma kau memprovokasi aku, tak akan berhasil!" teriak Hess.

DUAGH!

"Egh..." Tiba-tiba Ed memukul Hess dari belakang. "Bagaimana dengan tem... Oh..." Ed tersenyum. "Kau tahu kan kemampuan Sefer, menyembuhkan," ucapnya. Berg mendatangi Hess. "Sudah kubilang kan, kau tak pernah melatih tubuhmu sehingga kau bisa kalah dengan sekali pukul, itulah kekuranganmu!" ujar Berg.

***

"Berg, apa kami boleh ikut denganmu?" tanya Ed. "Kalau kalian merasa bisa, ikut saja!" ucapnya. Mereka bertiga tersenyum. Dan perjalanan mereka pun dimulai.