Minggu, 21 September 2014

Grand Noir 10

Setelah pertarungan itu, Berg dan yang lainnya beristirahat sambil menikmati pemandangan di pinggir danau Levia. Hanya Claude dan Boris yang memilih untuk langsung pergi.

"Berg, bagaimana rencanamu untuk pergi ke Agentum?" tanya Ed. "Santai saja lah," ucapnya santai. Mereka terlalu santai. Berg, Ed, dan Geara merebahkan diri di pinggir danau, Viona dan Viola bermain kejar-kejaran, sementara Gilbert, Alex, Marco, dan Rina memasak dari bahan-bahan yang sudah mereka kumpulkan sebelumnya.

"Pergi nanti pun tidak masalah," ujar Berg. "Pergi sekarang pun sudah terlambat," sela Geara. "Apa maksudmu?" tanya Berg. Geara hanya tersenyum dan memilih untuk tetap diam. "Silahkan sup naga nya!" Mereka pun menikmati sup naga buatan Rina dan kawan-kawan. "Enak!" Beberapa dari mereka sampai menangis saking enaknya.

"Sudah tidak ada waktu lagi, ayo kita segera ke Agentum," ucap Berg setelah menghabiskan supnya. Kok beda dengan yang tadi, pikir Ed. Apa karena dia selesai makan duluan, pikir yang lainnya. Setelah semuanya menghabiskan makanan, dan sedikit berbasa-basi tentunya, mereka melanjutkan perjalanan ke Agentum kecuali Gilbert, Alex, Rina, dan Marco. Mereka kembali ke kota Levia untuk meneruskan pekerjaan mereka.

"Geara, apa maksudmu dengan sudah terlambat?" tanya Berg. "Lihat saja nanti," jawabnya tanpa ekspresi. Berg yang malas memaksa memikirkannya sendiri. Karena tenggelam dalam pikirannya, mobilnya menabrak batu besar. Melihat mobilnya rusak cukup parah, dia membawanya ke bengkel di kota terdekat. "Geara, bayar." "Eh!?" Itu sudah perjanjian mereka berdua sehingga Geara menurutinya tanpa bisa mengeluh. Walaupun untuk pengeluaran tak penting sekalipun.

"Kau mengerjaiku ya!?" keluh Geara. "Perjanjian," ucap Berg sambil mengacungkan jempolnya. Geara merasa sebal, tapi tak bisa melakukan apa-apa selain diam. "Berg, berapa lama lagi sampai di Agentum?" tanya Viona. "Sudah terlihat di depan kalian bukan? Itulah Agentum!" ucap Berg. Viona dan Viola merasakan firasat buruk. Mereka pun turun dari mobil, dan menyusuri reruntuhan dengan berjalan kaki. "Asap apa itu?" tanya Ed. Berg yang merasa aneh dengan asap itu berjalan kesana. "Sudah terlambat, Berg..." ucap Geara. Berg tak mempedulikan ucapan Geara dan terus berjalan.

"Sepertinya aku melihat muka yang tak asing lagi..." Mendengar suara itu, Berg berhenti melangkah. "Suara itu, jangan-jangan..." Muncul seseorang sedang memegang relic dari dalam asap. "Lama tak berjumpa, Berg!" "Kau... Chanson Lohengrin!?" Berg terkejut melihat kawannya di Star5 ada di depannya. Ketika dia mendekatinya, sebuah serangan menghentikan langkahnya.

"Jangan seenaknya menyentuh Chanson," ucap seseorang yang mengendarai Golem. "Dia adalah orang penting, tak layak disentuh olehmu," tambah temannya. "Cielito, Habanera, tak perlu begitu, dia ini teman lamaku..." ucap Chanson menghentikan mereka. "Apa maksud semua ini!?" tanya Berg. "Dunia ini akan berubah..." Setelah mengucapkan itu, Chanson dan kawanannya pergi.

"Sudah terlambat kan kubilang?" ujar Geara. Berg hanya bisa terdiam. Ed, Viona, dan Viola tak bisa melakukan apa-apa. 

"Menarik juga... Akan seperti apa ya selanjutnya?" ucap Chanson sambil memandangi relicnya. "Bagaimana pun itu, kami tetap di samping anda," ujar Habanera. "Benar! Yang penting menarik!" sahut Cielito. Chanson tersenyum. "Yang akan membimbing umat manusia adalah aku, Chanson Lohengrin."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar