Minggu, 21 September 2014

Grand Noir 9

Pertarungan antara Berg dan Geara masih terus berlanjut. Belum ada tanda-tanda keduanya akan menyelesaikan pertarungan. Api pertarungan terus berkobar dari diri mereka. Mereka pun terlihat senang dengan pertarungan itu.

"Aku mulai bosan dengan ini," keluh Rina. "Aku juga," sahut Alex. "Bagaimana kalau kita minum dulu?" ucap Gilbert menawarkan segelas teh. "Gilbert memang hebat, penuh persiapan!" puji Alex dan Rina. Ed dan Marco masih mengurus Claude. Entah karena dia hebat atau saking dia ketakutan, Claude terus-terusan mengelak dari serangan mereka berdua.

"Jadi cuma segini kemampuanmu?" ucap Viola yang sejak tadi mendesak Viona. "Harusnya itu kalimatku!" Viona mengeluarkan aura di Nadleehnya. Viola yang terkejut berhenti menyerang dan mundur. "Sejak tadi kau belum bertarung dengan serius?" "Begitulah, makanya jangan terlalu sombong!" Mendadak Nadleeh jadi berbayang. "Apa!?" Mendadak aura Seraphim keluar dan bisa beradu dengan Nadleeh. "Heaaaaah!" Ledakan aura pun terjadi.

Alex dan Rina yang memperhatikan pertarungan itu terkejut, bahkan tercengang hingga ternganga. "Baru segitu saja sudah kagum, mau jadi apa kalian?" ledek Gilbert. "Ledakan aura ini masih biasa, tidak seperti yang itu," tambahnya sambil menunjuk pertarungan Berg dan Geara. Alex dan Rina lebih tercengang lagi.

Di setiap benturan senjata mereka selalu terjadi ledakan aura. Seakan ada bom di permukaan senjata mereka. Meskipun begitu, mereka berdua bertarung seakan tak terjadi apa-apa. "Hebat juga kau!" "Jangan terlalu memujiku, Berg..." Pedang mereka beradu. "Tapi tetap saja, kau hanyalah ahli strategi!" Berg menendang perut Geara hingga terjerembab. "Kemampuan tubuhmu tidak terlalu hebat, prajurit biasa pun lebih kuat darimu." Geara tertawa kecil. "Begitulah... Tapi kau tak tahu kan apa senjataku sebenarnya?" Geara terdiam sejenak. Mendadak bangkai robot-robot tadi melesat ke arah Geara. Berg terkejut melihatnya.

"Kedua robot ini memang diciptakan untuk menjadi senjataku!" ucap Geara yang sudah dilengkapi armor Kazesta. Alex, Rina, dan Gilbert terkagum-kagum. "Keren~" teriak mereka bertiga mengacungkan jempol. Kalian di pihak siapa sih, batin Berg. "Hebat juga mainanmu," puji Berg. "Tentu saja, ini semua kupersiapkan untuk bertarung denganmu," ucap Geara.

"Jawab dulu pertanyaanku, apa yang ingin kau lakukan di Agentum?" tanya Geara. "Aku ingin mengambil sesuatu yang tertinggal," jawab Berg. "Apakah maksudmu ini?" Geara memperlihatkan sebuah relic berwarna merah. Berg terdiam. "Diam berarti iya, tapi kau terlambat," ujar Geara. "Apa maksudmu!?" tanya Berg. "Aku tak harus menjawabnya kan!?"

Mereka pun melanjutkan pertarungan. Hanya saja kali ini Berg mengalami kesulitan. "Akan kubantu!" Gilbert berlari ke arah Berg. "Tak perlu, dia akan kubereskan sendiri!" ucap Berg. "Dari mana kau punya kepercayaan diri seperti ini?" tanya Geara. Sekali lagi senjata mereka berbenturan dan membuat ledakan aura yang lebih dahsyat.

"Tak kusangka aku sampai kelelahan seperti ini..." ujar Viona dengan napas yang tersengal. "Aku juga..." sahut Viola. Keduanya sudah kehabisan tenaga dan terjatuh. "Hahahahaha!" "Kenapa tertawa?" "Nggak~ hahahahaha!" Viona yang bingung juga ikut tertawa. Mereka merasa puas setelah bertarung habis-habisan.

"Jangan cuma bisa lari!" "Lawan kami secara jantan!" "Apanya yang jantan kalau dua lawan satu!?" "Dia bukan temanku!" Claude terus-terusan menghindari serangan dari Sefer dan Enact. Ed dan Marco yang sudah bosan langsung menangkap Claude dan melemparnya ke Geara. "Apa!?" Tubuh Claude tertancap di lengan mekanik dan terluka parah. Geara melemparnya begitu saja. "Lihat kemana kau!?"

Berg memotong lengan mekanik dan menghancurkan pisau-pisau di armor Geara. "Apa!?" Geara yang terdesak menahan serangan Berg dengan pedangnya. Berg langsung memukul wajahnya. Pedang Lancelot terpental. Berg juga melepas pedangnya dan mulai menyerang Geara secara langsung. Pertarungan pedang pun menjadi pertarungan tangan kosong.

"Apa yang kau inginkan dengan melakukan semua ini!?" Berg menendang perut Geara. "Aku akan menghancurkan Grand Noir dan menciptakan kehidupan baru disini!" Geara memukul perut Berg. "Apa kau pikir semua orang menginginkan itu!?" "Aku tak peduli, aku berhak melakukan itu!" "Ego itu lah yang melahirkan penyimpangan di dunia!" Berg memukul jatuh Geara.

"Kau sudah kalah, Geara," ucap Berg. Geara tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya terdiam menghadap langit. "Kau tak mungkin mati semudah itu kan?" ujar Berg. Geara mulai bicara. "Apa yang akan kulakukan setelah ini..." Berg menarik kerah Geara. "Seperti yang sudah kita sepakati, seumur hidupmu kau akan jadi budakku, bodoh!" bentak Berg. Geara tercengang. "Sepertinya tidak buruk juga..." ucapnya.

Setelah pertarungan itu, tidak ada yang merasa kalah. Meskipun terluka, tidak ada rasa permusuhan. Diperlukan rasa pengertian yang besar untuk semua itu. Geara yang menyadari itu terharu dan hampir mengalirkan air mata. "Rasa pengertian yang besar yah..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar