Minggu, 21 September 2014

Grand Noir 3

"Huaaa! Harus kemana lagi kita!?" tanya Viona panik. "Entahlah... Aku mau tidur saja..." ujar Viola. Karena suatu kecerobohan, mereka tersesat di hutan Memento, hutan ilusi yang sering memakan korban. "Aaaaaahh!!!"

1 jam sebelumnya...

"Anak-anak, jangan berbuat yang aneh-aneh ya!" tegur Berg melihat tiga pengikutnya bercanda kelewatan, bayangkan sendiri bagaimana keadaannya. "Kenapa, Berg?" tanya Ed. "Konon yang menanti di depan kita adalah hutan Memento, sekali kau masuk, bersyukurlah kau bisa keluar!" jelas Berg dengan dramatis. "Tahu dari mana kau?" tanya Ed. "Pamflet..."

Mereka masuk hutan sambil bergandengan tangan. Berg paling depan, Ed dibelakangnya, lalu Viola dan Viona. Mereka jalan pelan-pelan. Untuk mencairkan keadaan, mereka menyanyikan lagu-lagu aneh.

Setelah beberapa saat, keadaan kembali hening. "Duh~ kok jadi sepi sih..." keluh Viona. Tidak ada yang menanggapi. "Kok kamu diam saja sih? Oi, Viola!" Viona bingung karena Viola tidak menjawab dan melihat wajah Viola. "Dia tidur!?"

"Bangun oi!" teriak Viona sambil menepok, lebih tepatnya menampar, wajah Viola. "Apaan sih? Aku kan sedang tidur... Hoam~" ucap Viola dengan santai. "Bodoh! Mana Ed dan Berg!?" tanya Viona histeris. "Entahlah, mungkin mereka tersesat..." jawab Viola. "Kita yang tersesat, bodoh!"

"Ed, mana mereka berdua?" tanya Berg. "Tadi mereka kan... Tidak ada!?" jerit Ed. "Bodoh! Bagaimana mungkin!?" tanya Berg. "Tadi punggungku gatal jadi..." "Bodoh! Sudah, ayo cari mereka!" "Tak perlu, mereka akan baik-baik saja!" ucap Ed yakin. "Kenapa kau bisa seyakin itu?" tanya Berg. "Daripada memikirkan mereka, lebih baik memikirkan diri sendiri... Iya, kan?"

Dari balik pepohonan muncul makhluk-makhluk tak jelas mirip kera. "Lebih baik kita bereskan mereka dulu!" "Benar juga ya..." Mereka berdua mengeluarkan pedang masing-masing. "Serang!!!" Hanya dalam waktu singkat, mereka sudah menghabisi makhluk-makhluk itu. "Viola dan Viona mungkin sudah keluar sekarang," ujar Ed. "Tahu dari mana?" tanya Berg. "Dia kan tidak terpengaruh ilusi..."

"Hahaha! Saking paniknya aku sampai lupa, kamu kan tidak mempan sama ilusi!" Viona tertawa. "Jangan berisik, aku mau tidur..." ucap Viola. "Sambil menunggu mereka, aku juga mau tidur ah~" Dan mereka berdua pun tertidur di atas padang rumput.

"Hah... Hah... Tidak kusangka ilusi bisa membuatku sekacau ini..." ujar Berg. "Kalau bisa tidur, aku mau tidur... Lho, itu kan mereka!!!" jerit Ed histeris. "Lho, kalian baru keluar?" ledek Viona. "Sudah, diam saja kau," Ed marah-marah.

"Sayangnya, sekarang belum saatnya kalian beristirahat," ucap seseorang yang muncul dari hutan Memento. "Karena kalian masih harus menghadapi kami!" sahut temannya. "Untuk apa kalian banyak lagak kalau kalian juga berantakan seperti itu?" ledek Ed. "Jangan banyak omong bocah!" bentak si kaca mata dan menyerang Ed. "Kau tidak kenal sopan santun ya? Kalau mau menyerang, sebutkan dulu namamu!"

"Namaku Marco, kau?" "Panggil saja aku Ed!" Ed mengadu pedangnya dengan golok milik Marco. "Hebat juga pedangmu, bisa beradu dengan Enact-ku..." puji Marco. "Kau tidak mengenal Sefer ya?" balas Ed. Marco terkejut mendengarnya. "Ada celah!" Ed berhasil memukul mundur Marco.

"Lemah kau..." ledek Ed. Marco berusaha untuk tenang. "Alex, jangan lupa tujuan utama kita..." kata Marco menghentikan Alex yang mengeluarkan senjatanya. "Berg, apa kau masih ingat padaku?" tanya Marco. "Marco... Kau Marco!? Lama tak berjumpa!" ucap Berg. Marco tersenyum. "Huh, kau tidak lupa pada hutangmu kan?"

Berg menelan ludahnya dan mundur beberapa langkah. "Ed, Viona, Viola, ayo kita pergi dari sini!" Berg memanggil mobilnya dan langsung meninggalkan tempat itu. "Mereka kabur ya... Ya sudah lah... Alex, kita juga pergi!" "Oke!"

"Siapa orang-orang tadi, Berg?" tanya Viona. "Kenalanku dari kota DR... Sudahlah, aku tak ingin membahasnya..." jawab Berg. Seiring arah angin, mereka pergi ke kota selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar