Minggu, 21 September 2014

Grand Noir 2

"Berg... Berapa lama lagi kita harus berjalan?"
"Kurang lebih satu jam..."
"Oh..."

3 menit kemudian...

"Berg... Berapa lama lagi kita harus berjalan?"
"Tadi kubilang satu jam kan?"
"Ya..."

1 menit kemudian...

"Berg... Berapa lama lagi kita harus berjalan?"
"Diam kau! Kau pikir siapa yang merusak kendaraanku setelah mengaku driver kelas satu!? Sefer memang menyembuhkan, tapi bukan untuk mesin kan!? Pikirkanlah temanmu yang sudah seperti mayat hidup itu!" teriak Berg yang kesal. "Kalau Viola sih memang begini," ujar Viona nyengir. "Hah~ susah ya membawa mereka..." ujar Berg lemas.

***

"Wah, kita sampai!" teriak Ed kegirangan. Viona yang sudah lama tidak melihat kota terpana dengan lampu-lampu yang menerangi jalanan sementara Viona tetap lemas tak bertenaga sambil sesekali menguap walaupun dia terlihat senang. "Ayo kita cari tempat bermalam," ajak Berg.

Mereka berempat mencari tempat menginap yang bagus namun tak terlalu mahal. Setelah berjalan selama kurang lebih satu jam, mereka menemukan penginapan yang lokasinya berada di pinggiran. "Mori Town ya..."

"Akhirnya bisa istirahat juga!" teriak Ed senang. "Lelah ya hari ini," ujar Viola sambil meletakkan peralatannya dan melepas pakaian luarnya. "Vi-Viola, apa yang..." kata Ed yang mukanya memerah. "Kita kan sudah seperti saudara, jadi sudah biasa bukan?" Aku tak mengerti apa maksudmu dan apa yang kau maksud dengan sudah biasa, batin Ed.

Bletak!
"Perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki," ujar Berg sambil menyeret Ed. "Oh iya, istirahat yang cukup ya, besok kita jalan-jalan di kota," kata Berg. "Yey~ oke Berg!" tanggap Viona. Berg meninggalkan kamar mereka sambil melepas napas panjang. Repotnya, batin Berg.

Pada malam hari mereka sudah tertidur dengan pulas, kecuali Berg yang masih duduk di beranda sambil menikmati kopi hangat. Matanya terus menatap langit malam. "Saat itu pun langitnya seperti ini ya..." gumam Berg dan pikirannya melayang ke masa dimana dia memulai segalanya.

Saat itu, tiga tahun yang lalu, Berg mengikuti pelatihan untuk menjadi pendekar pedang. Entah bagaimana caranya, dia terpilih menjadi calon tunggal pelindung raja, posisi tertinggi di pasukan pedang, namun dia masih harus banyak berlatih. Seorang guru terpilih untuk melatihnya. Nama orang itu adalah Zhao Ryuu. Hanya dalam hitungan hari, Berg sudah menguasai banyak jurus. "Dengan ini, jalanmu untuk menjadi pelindung raja tak akan ada halangan, kecuali satu..." "Apa itu, guru?" tanya Berg. "Pergantian kekuasaan..."

Dalam waktu singkat, raja telah diganti, pasukannya pun dibebas-tugaskan begitu saja. Berg tak berdaya melihatnya. "Berg, daripada kau membusuk disini, lebih baik kau menjelajahi Noir," ucap Zhao sambil memberikan sebuah buku dan pedang. "Pedang itu... Virtue!?" Berg terkejut. "Benar, kelilingilah dunia dan carilah pengalaman di luar sana! Sekarang..." Berg terdiam. "Pergi sana!!!" Berg langsung lari meninggalkan tempat itu dengan berlinang air mata. Dia berpikir, kenapa aku menangis?

Karena lupa berpamitan, Berg mencari telepon umum dan menghubungi keluarganya. "Begitu ya... Lakukan sesukamu..." "Terima kasih, ayah!" Telepon pun ditutup. "Akhirnya pengeluaran kita berkurang!" "Kita bisa hidup lebih mewah!" begitulah teriakan di rumah Berg setelah kepergian Berg.

Menyedihkan sekali saat-saat itu, pikirnya. Setelah menghabiskan kopinya, dia masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur.

Esok harinya...

Setelah menghabiskan sarapan, mereka berpisah untuk jalan-jalan di kota. Ed dengan Viona, sementara Berg dengan Viola. Awalnya mereka berjalan bersama, namun mereka berbelok ke arah yang berbeda. Ed-Viona pergi ke daerah pertokoan, Berg-Viola ke perpustakaan kota.

"Sudah berapa lama ya sejak terakhir kali kita jalan berdua saja?" tanya Ed memulai pembicaraan. "Aku lupa tepatnya, yang aku ingat saat itu kita mencari obat berdua untuk Viola yang sedang sakit," ucap Viona. "Tahu-tahunya dia begitu karena kurang tidur ya!" Mereka berdua terus tertawa-tawa sepanjang perjalanan mereka. Sudah lama mereka tidak merasa sebahagia ini.

"Hoo~ kau suka baca juga rupanya," ujar Berg kagum. "Umh, dari pada tidak ada kerjaan... Hehe..." Viola menjawab sambil terus membaca buku. "Buku apa saja yang pernah kau baca?" "Lupa..." Keadaan hening, tapi begitulah harusnya di perpustakaan. Tapi cara Viola menjawab itu tidak wajar, menurut Berg.

Pada jam makan siang, mereka berkumpul kembali. Setelah mendapat kabar mobilnya sudah diperbaiki, Berg mengajak Ed dan Vio-Twins ke bengkel setelah makan siang. "Sudah puas dengan hari yang damai ini?" tanya Berg. Ed, Viona dan Viola mengangguk tanda puas. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan.

"Kau lihat tadi?"
"Ya, pedang Virtue... Akhirnya kau kutemukan, Berg!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar