Minggu, 21 September 2014

Grand Noir 5

"Eh, Viola... Kenapa sih kita tidak punya orang tua?" tanya Viona memelas. "Entahlah, mungkin ini yang terbaik buat kita," jawab Viola seakan tak peduli. "Kenapa kamu bisa bilang begitu?" tanya Viona bingung. "Yang penting kita bersama, iya kan?" jawab Viola. Viona terdiam untuk beberapa saat dan tersenyum. "Iya yah..."

Viola berjalan keluar kamar dengan mata berbinar merah. Di luar penginapan terlihat dua orang sedang menunggunya. "Viola Hepatica... Kami datang menjemputmu." "Menjemputku..." "Benar, ikutlah dengan kami, di sisi dewa!" Viola mengangguk dan berjalan mendekati mereka dengan perlahan.

"Viola!" panggil Viona yang mendadak muncul dari dalam penginapan. "Pengganggu rupanya... Claude, urus dia!" perintah Boris. Claude dengan sepasang cluritnya melesat ke arah Viona. Tentu Viona sudah bersiap untuk keadaan seperti itu dan berhasil menahan serangan Claude dengan senjatanya, Nadleeh.

"Lumayan juga kau, wanita!" ujar Claude. "Kau pikir bisa mengalahkanku dengan serangan selemah itu?" ledek Viona. Senjata mereka terus berbenturan untuk menghancurkan satu sama lain. Saat pertarungan memanas, Viona menyadari Viola sudah dibawa pergi oleh Boris. "Viola! Huagh!" Viona terjerembab, tak berdaya melihat Viola dibawa pergi. "Violaaaaaaaaa!!!!!"

"Apa!? Viola diculik katamu!?" teriak Ed. "Tenang, Ed... Viona, ceritakan secara lengkap," ucap Berg. "Aku tidak tahu jelasnya, tapi yang pasti Viola tidak merasa terpaksa untuk ikut mereka," ucap Viona dan mulai menangis. Ed menepuk punggung Viona untuk menenangkannya.

"Ayo kita cari dia!" Ed mengajak Berg dan Viona untuk mencari Viola. Tanpa membuang waktu, mereka langsung berangkat. Setelah mendapat informasi dari beberapa orang, mereka pergi ke luar kota. Disana telah menunggu Claude dan Boris. "Kalian, yang tadi malam!" Tanpa bicara panjang lebar, Viona langsung menyerang dan ditahan oleh Claude sementara Ed dan Berg mengurus Boris.

"Kembalikan Viola!" "Dia sudah memilih tempat yang tepat!" "Dia tak pantas berada bersama kalian!" "Memang kau yang memutuskan itu!?" "Yang pasti kau tidak pantas!" Viona dan Claude terus membenturkan pedang masing-masing.

"Dari organisasi mana kau?" tanya Berg. "Bukan urusanmu," jawab Boris. "Aku tak peduli kau dari mana, kembalikan Viola!" bentak Ed. Boris memainkan Hyper Hammernya dengan lincah. Berg dan Ed yang melawannya pun kesulitan.

Saat pihak Berg mulai unggul, sebuah ledakan terjadi. "Kalian berisik sekali, aku mau tidur..." Viona yang merasa mengenal suara itu tersenyum. "Viola!" Viola yang berdiri di atas tebing merespon panggilan Viona. "Jangan panggil aku seenaknya," katanya. Viona kaget mendengarnya. "Aku sudah menyerahkan jiwaku pada Geara, orang yang akan menjadi dewa, pemegang pedang pusaka, Vincent..."

Berg bereaksi pada nama itu dan mengalihkan perhatiannya ke Viola. "Hei anak malas, dimana orang yang kau maksud itu?" tanyanya. "Apa aku wajib menjawab pertanyaanmu?" Berg mulai naik pitam dan dalam sekejap sudah ada di belakang Viola. "Jawab, atau lehermu akan kupotong!" Viola langsung melompat menjauhi Berg.

"Akan kuberitahu, tapi ada syaratnya," ucap Viola menggoda. "Apa!?" "Serahkan Virtue..." Berg merasa tersinggung. "Sampaikan saja ini pada Geara, aku akan menancapkan Virtue di dadanya!" Berg turun dari tebing lalu mengajak Ed dan Viona pergi. "Ayo kita pergi, sudah tak ada urusan lagi disini..."

"Kalian pikir kalian bisa kabur dari sini dengan mudah!?" Claude dan Boris menghalangi mereka bertiga. Dan dengan mudahnya, Berg mengalahkan mereka berdua. Viola tercengang melihatnya. Berg berjalan dengan tatapan tajam ke depan. "Akhirnya aku menemukanmu, Geara!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar