Minggu, 21 September 2014

Grand Noir 7

Geara menatap monitor di hadapannya. Dilihatnya sosok Berg dan kawanannya yang sedang berjalan menuju reruntuhan Agentum. "Berg... Kau memang laki-laki yang keras kepala ya..." ujar Geara sambil sedikit tersenyum.

"Walaupun begitu, tak akan kubiarkan kau sampai di Agentum begitu saja... Claude, kirim Golem kesana. Mungkin ini bisa jadi uji coba yang bagus," perintah Geara. "Baik, yang mulia Geara... Akan segera saya lepas Golem kesana," ucap Claude menjalankan perintah tuannya. "Kau harus bertambah kuat sebelum bertemu denganku, Berg... Hahahahaha!!!"

"Sial! Apa-apaan ini!? Setahuku lima menit yang lalu cuaca masih terang, kenapa sekarang hujan sederas ini!?" keluh Ed. "Jangan teriak-teriak, bodoh," ucap Viona. "Hiks, Viona menghinaku..." Ed merengek. Viona pura-pura menenangkan Ed. "Cup cup cup." Dan entah kenapa suara tangisnya semakin keras. "Memangnya kamu ini bayi!?" Viona menghajar Ed dan menenangkannya sekali pukul.

"Sekarang kita harus bagaimana, Berg?" tanya Viona. "Entahlah, tapi kalau keadaannya seperti ini tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu hujannya reda," jawab Berg. Seketika petir menyambar. GLAR!!! "Kyaa!" Viona dan Ed terkejut. "Kamu itu ngapain sih?" tanya Viona. "Petir kan seram, hehe..." celoteh Ed sambil cengengesan, masih memegang dada Viona.

PLAK!
"Kau itu bodoh ya!?" bentak Viona sambil marah-marah. "Habis~ aku kan bosan," gumam Ed. "Hahaha!" Tiba-tiba Berg tertawa. "Kau jadi gila karena petir barusan ya?" ledek Ed. "Tentu tidak, bodoh!" Berg menjitak Ed. "Bagaimana kalau kita makan saja?" ujar Berg. Viona dan Ed setuju begitu saja dan mereka mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.

"Apinya dari mana?" Mereka pun terdiam sejenak. "Tenang saja, aku punya ini kok." Berg mengeluarkan korek dari sakunya dan menyalakan api. Mereka memasak sup dan menikmatinya bersama-sama. Tanpa terasa, hujan sudah mulai reda dan mereka siap untuk melanjutkan perjalanan. "Aku ke belakang dulu ya!" Ed pergi ke belakang gua untuk buang air.

"Gyaaaa!" Ed kembali ke tempat teman-temannya sambil berteriak. "Kenapa kau?" tanya Berg kebingungan. "Tidak ada air kan?" ledek Viona. "Bukan, tapi itu!" Ed menunjuk sesosok makhluk bertubuh dari batu. Berg dan Viona pun terkejut. "Siapa, bukan, makhluk apa kau!?" tanya Berg yang panik.

"Namaku Golem, aku datang untuk menghabisi kalian," jawab makhluk itu. "Wah, dia tidak pakai basa-basi lho," ujar Ed. "Dia jujur juga ya," tambah Viona. "Yaah, apapun tujuanmu... Jangan harap kau bisa pulang tanpa luka!!!"

Tanpa basa-basi lagi, mereka bertiga langsung menyerang Golem. Pertama, Ed menyerang dengan Sefer lalu menendangnya. Setelah itu Viona menghantam wajah Golem dengan Nadleehnya. Belum sempat melakukan apa-apa, Berg langsung menghajar Golem dengan Virtue sehingga Golem terpental hingga beberapa meter.

"Apa? Claude, kenapa dia bisa selemah itu!?" tanya Geara yang masih tak percaya. "Maaf, yang mulia Geara, ada bagian yang tertinggal," ucap Claude. "Lalu bagaimana!?" "Tenang saja, karena bagian tersebut sedang diantar." Geara sedikit lega. "Yang penting bisa sedikit seru."

Golem yang terjerembab bangun. "Aduh... Kenapa mereka kuat sekali?" Golem ketakutan melihat tiga lawannya berjalan mendekatinya. "Mana gayamu yang sok hebat barusan?" tanya Viona. "Banyak omong saja kau," ujar Ed. "Bersiaplah menghadapi neraka!" ledek Berg. Mereka bertiga pun menyerang secara bersamaan, namun ada barrier yang menghalangi mereka. "Hah!?"

"Barrier ini... Seraphim... Viola!?" ucap Viona. "Hai semuanya~" sapa Viola yang melayang dengan flying boardnya. "Nona Viola, tolong saya," pinta Golem. "Aku kesini untuk memberikan ini," ucap Viola melemparkan relic ke arah Golem. "Aku pergi dulu ya semuanya, dadah~" Viola pun pergi setelah melambai ke arah mereka. "Viola... Sejak kapan jadi seperti itu?" tanya Ed. "Tidak tahu," jawab Viona yang sama bingungnya.

"Dengan adanya relic ini, tamat riwayat ka..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Golem sudah dikalahkan mereka bertiga. "Kenapa kalian bisa begitu kuat?" tanya Golem tersengal-sengal. "Sekuat apapun dirimu, kesalahan yang kau lakukan membuatmu langsung kalah..." ujar Berg. "Apa itu?" tanya Golem dengan wajah memelas. "Kau mengganggu!" bentak mereka bertiga. Seketika itu, Golem pun gugur.

"Apa-apaan itu!?" bentak Geara. Claude hanya bisa diam melihat tuannya mengamuk. "Yah, sudahlah... Aku masih punya rencana lain kok," ucap Geara menenangkan dirinya. "Ngomong-ngomong, mana Viola?" tanya Geara. "Disini~" sahut Viola yang tiba-tiba muncul di belakang Geara dan mencubit pipinya. "Hentikan itu~!" teriak Geara yang risih. "Tidak mau~ ^^"

"Berg, masih berapa lama lagi sampai Agentum?" tanya Ed. "Mungkin tiga hari lagi. Malam ini kita bermalam disini, dan besok pagi kita akan menyeberangi danau Levia," jawabnya. "Sudah kusiapkan tendanya!" ucap Viona dengan ceria. "Kalau begitu, ayo kita beristirahat... Besok saja kita pikirkan bagaimana baiknya."

Matahari pun tenggelam di ufuk barat, menandakan hari mulai gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar